GRAFIK PERGERAKAN HARGA DINAR

Jumat, 04 September 2009

PDFPrintE-mail
NEW BUSINESS MODEL: BISNIS YANG TAK PERNAH MERUGI...?
Written by Muhaimin Iqbal
Friday, 04 September 2009 10:40

Business ModelDi dunia business modern, sukses tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan produk baik berupa barang atau jasa. Sukses bisnis bisa dilahirkan dari produk barang atau jasa yang ‘biasa-biasa’ saja tetapi yang dibawakan secara luar biasa.

Di masa kecil saya sampai SMA misalnya, tidak kebayang kita minum air putih harus beli. Di kantin sekolah yang harus beli kalau kita minum cendol, dawet, es sirup dan sejenisnya. Tetapi sejak air putih dikemas dalam botol dan kemudian juga dalam gelas, maka air putih yang biasanya gratis ini kini menjadi barang dagangan yang laris manis lebih laris dari kacang goreng.

Contoh lain business model yang dekat dengan kita adalah koin emas. Di pusat-pusat perdagangan emas di Jakarta, di Melawai, Cikini dan lain sebagainya – Anda bisa jumpai banyak koin emas dari berbagi model di toko-toko. Kalau Anda tanya si engkoh yang jaga toko – apakah koin-koin emas tersebut laris dibeli orang ?, jawabannya pasti tidak. Terkadang kolektor datang mencari koin tertentu, tetapi ini sangat jarang. Jadi tempatnya sudah berada di pusat perdagangan emas yang mudah dijangkau, produknya indah dengan kadar yang bagus – tetapi jarang dibeli orang.

Sebaliknya, kami tidak memajang barang dagangan kami berupa koin emas yang sama – lokasi kamipun ‘ngumpet’ di Depok yang tidak mudah dijangkau oleh pasar utama kami penduduk menengah atas Jakarta, tetapi koin emas kami laris dibeli orang. Mengapa ?, karena koin emas yang sama ini kami bawakan secara berbeda. Koin emas kami istilah bisnisnya memiliki Value Proposition yang fit dengan kebutuhan pasar kami.

Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan instrumen investasi alternatif yang juga berperan sekaligus sebagai store of value yang sempurna yang tidak dimiliki oleh instrumen investasi lainnya selain bisnis sektor riil. Kita semua kenal ada instrumen investasi tabungan, deposito, reksadana dlsb; yang semuanya berperan sebagai instrumen investasi tetapi tidak dapat berperan sebagai proteksi nilai – store of valuekarena hasilnya akan tergerus inflasi.

Model bisnis yang tidak biasa, seperti mengemas air dalam botol atau gelas, memperkenalkan koin emas sebagai instrumen investasi dan proteksi nilai dlsb.; awalnya kelihatan ‘konyol’ tetapi setelah pasar bisa menerimanya – hasilnya insyaallah akan luar biasa. Dalam dunia saya yang dulu, saya banyak sekali mengenal ahli-ahli investasi – yang mentertawakan ide Gerai Dinar saya. Di benak mereka saya akan membuka toko emas, tetapi tidak di pusat perdagangan emas – dagangannya cuma satu pula – koin emas yang diberi nama Dinar – apa menariknya ?. Hal yang sama saya pikir juga pasti terjadi ketika seorang pengusaha brillian mengungkapkan idenya akan mengemas air dalam botol dan menjualnya, apa menariknya…?.

Dua contoh business model tersebut diatas sudah luar biasa…namun keduanya masih bisa saja merugi. Sekarang maukah Anda saya bawa ke business model yang lebih luar biasa lagi ?, business model yang tidak akan pernah merugi ? yaitu berbisnis dengan Allah, business model amal soleh namanya.

Berbeda dengan bisnis duniawi yang hanya berjalan dua arah; si pengusaha dengan value proposition-nya mencari untung langsung dari pembeli barang atau jasanya; dalam bisnis model amal soleh ada pembeli lain yang Dia tidak memerlukan barang atau jasa yang kita tawarkan, tetapi Dia – pula yang akan membayar dengan sangat mahal. Siapa pembeli ini ?, dialah Allah yang Maha Pemurah.

Barang dagangan apa yang Dia tertarik membeli dengan harga yang luar biasa ini ?, harta dan jiwa kita yang kita pergunakan untuk berjuang di jalanNya. Untuk dua barang dagangan ini, bahkan dalam Al-Quran Allah benar-benar menggunakan istilah ‘membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka, dengan memberi mereka surga…’ (QS 9:111). Di tempat lain Allah menggunakan istilah perniagaan (atau bisnis), ‘Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?’ .(QS 61:10).

Memang barang dagangan yang luar biasa yang ditawar Allah tersebut adalah konteks-nya jihad dalam arti perang di jalan Allah. Namun kalau jihad ini belum menjadi kesempatan kita, maka kini juga sangat banyak ‘pasar’ lain yang memerlukan inovasi kita untuk melayaninya; pasar ini mungkin tidak sedang memiliki daya beli untuk membeli barang dan jasa yang akan kita tawarkan; tetapi yang akan membeli tetap Dia yang Maha Kaya, yang Maha Benar janjiNya ?.

Melayani orang-orang miskin, menciptakann lapangan kerja untuk mereka; membantu saudara-saudara kita yang lagi terkena musibah; membela saudara-saudara kita yang lagi di dhalimi; memperjuangkan keadilan dan kedaulatan ekonomi yang kini masih ‘terjajah’ dan masih banyak lagi pasar-pasar amal yang insyaallah pembelinnya tidak pernah mengingkari janjinya.

Inilah model bisnis baru yang di dunia barat dicoba dilahirkan dengan istilah social business , kita menyebutnya business amal soleh…bisnis yang tidak akan pernah merugi sebagaimana janji Allah berikut :

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi” (QS 35 :29).

Jadi bila kita ingin bisnis yang tidak pernah merugi, jawabannya hanya satu yaitu berbisnis dengan Allah…, Mau…?. Insyaallah.


Kamis, 03 September 2009

PDFPrintE-mail

BIYADI KA AL-KHAIR: CARA TERBAIK DALAM MENSIKAPI MASALAH
Written by Muhaimin Iqbal
BiyadiKa Al Khair

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." (QS 3 :26-27)

Saya ada saudara yang memiliki penyakit langka sejak usia SMA. Konon penyakit ini timbul karena sewaktu SMP tahun 60-an, sebagai seorang muslim anak kyai dia sering dihajar dan kepalanya dibentur-benturkan ke tembok oleh anak-anak PKI yang waktu itu lebih kuat di daerahnya.

Penyakit ini menyebabkan dia sering tidak sadar diri secara mendadak, dimana saja dan kapan saja. Berpuluh tahun dia berobat dengan seluruh ahli terbaik yang ada di negeri ini (dia sendiri seorang dokter spesialis) tidak satupun yang bisa menjelaskan dengan pasti penyakit dia ini, dan tentu juga tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter terbaik lha wong diketahui saja penyakitnya tidak.

Sudah beberapa tahun ini, alhamdulillah nampaknya penyakit Pak Dokter sembuh total. Dia sekarang justru sehat dan kebiasaan dia tidak sadar diri dimana saja kapan saja – alhamdulillah sudah beberapa tahun tidak berulang. Ketika saya tanyakan apa yang menyebabkan kesembuhan ini ?, jawabannya sungguh menarik sehingga saya jadikan bahan ditulisan ini untuk menjadi pelajaran bagi kita semua.

Menurut pengakuan dia, penyakitnya justru sembuh ketika dia bisa menerima sepenuhnya apa yang diberikan oleh Allah padanya. Menyerahkan sepenuhnya kepadaNya – bahwa apa yang diberikanNya pasti yang terbaik untuk kita.

Pak Dokter inipun kini banyak berceramah, menularkan pengalaman pribadinya kepada para kolega-nya agar koleganya bisa lebih efektif membantu penyembuhan para pasien-pasien mereka. Masih menurut dia, bagi para penderita penyakit serius – penderitaannya justru sulit disembuhkan ketika pasien tersebut tidak bisa menerima keadaan.

Ke ikhlasan dalam menerima apa yang diberikan oleh Allah pada kita ini, dan kepercacayaan sepenuhnya bahwa inilah yang terbaik bagi kita – bukan hanya efektif bagi proses penyembuhan penyakit, tetapi juga efektif dalam menyikapi dan mengatasi berbagai persoalan kehidupan kita. Ini juga bagian dari keimanan kita yang meng-imani bahwa Allah-lah yang maha tahu, sedangkan kita tidak tahu.

Ini ilmu sederhana, yang kita semua rata-rata juga sudah tahu. Masalahnya adalah ilmu ini menjadi kurang bermanfaat kalau hanya sebatas ilmu, tantangannya adalah justru bagaimana kita menanamkan pada diri kita – sehingga sikap ikhlas dan menerima ini menjadi reflek spontan kita ketika sesuatu yang tidak kita kehendaki menimpa kita.

Guru saya dulu mengajarkan untuk membiasakan membaca (sebaiknya dihafal ) surat Ali-Imran 26-27 diatas setiap kali kita selesai berdo’a sehabis shalat. Ketika kita pahami dan hayati makna ayat-ayat tersebut diatas, ternyata memang dasyat…sangat-sangat bermanfaat mendampingi kita dalam menempuh up and down-nya kehidupan kita.

Bayangkan kalau dua ayat saja sudah begitu besar manfaatnya…apalagi kalau 6,000 lebih ayat atau jumlah ayat di Al-Qur’an. Maha benar Engaku Ya Allah, tuntunlah hambaMu ini untuk bisa paham, menghayati dan mengamalkan firman-firmanMu…Amin.

Ini September Bung…!PDFPrintE-mail

Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 03 September 2009 05:40
Gold in September

Seperti membaca sejarah yang berulang, semalam harga emas dunia melonjak sampai sempat diatas US$ 980/oz. Bagi pembaca rutin situs geraidinar.com , kenaikan ini bukan hal yang baru sama sekali karena dalam berbagai kesempatan sudah saya ungkapkan berdasarkan statistik bahwa September-lah awal reli panjang kenaikan harga emas dunia yang biasanya berlangsung sampai Maret tahun berikutnya. Lihat misalnya tulisan saya tentang Musim Membeli Emas/Dinar tanggal 31 Maret 2009.

Meskipun tulisan saya tersebut hanya saya buat berdasarkan analisa statistik harga emas dunia 5 tahun, ternyata statistik 40 tahun (1969-2009) yang diolah oleh Frank Holmes dari Kitco berdasarkan data dari US Global Researchmenunjukkan kecenderungan yang sama. Lihat grafik disamping yang saya sajikan dari tulisan si Frank ini.

Menariknya dari data 40 tahun tersebut, ternyata rata-rata hanya ada dua bulan dalam setahun dimana harga emas turun yaitu Oktober dan Maret; sementara 10 bulan rata-ratanya naik. Rata-rata kenaikan harga emas bulanan adalah 0.85% dan rata-rata kenaikan tahunan 10.2%, semuanya adalah dalam harga US$ - angka dalam Rupiah bisa jauh berbeda.

Apa maknanya ini ?, tetap seperti yang sering saya ungkapkan di situs ini; kalau Anda ingin menggunakan emas atau Dinar sebagai salah satu instrumen investasi – maka jangan berorientasi jangka pendek. Bila beli sekarang dan Anda jual bulan depan, maka besar kemungkinannya Anda akan rugi. Namun bila orientasi Anda jangka panjang - setahun atau lebih, maka kenaikan nilai rata-rata emas atau Dinar dalam US$ yang 10.2% tersebut sekitar 4 kali lebih besar dibanding bila Anda menabung atau deposito dalam US$.

Jadi meskipun bulan-bulan ini harga emas atau Dinar akan cenderung tinggi, sebagai instrumen investasi jangka panjang tetap saja dia jauh lebih menarik dari tabungan, deposito dan sejenisnya. Emas atau Dinar hanya kalah menarik bila dibandingkan dengan usaha sektor riil yang berjalan dengan baik, inilah sebabnya kita ingin membangun kompetensi usaha sektor riil melalui program Pesantren Wirausaha .

Dan masih ada yang lebih menarik lagi bila Anda juga menginvestasikan untuk kepentingan yang lebih abadi, yaitu infaq…Tidak Ada Balasan Untuk Kebaikan Selain Kebaikan Pula…, maka berinfaq-lah banyak-banyak karena inilah investasi terbaik bagi kita semua - apalagi ini bulan Ramadhan…Amin.

Selasa, 01 September 2009

PDFPrintE-mail
KETIKA RAKYAT DIJADIKAN ULTIMATE INSURER...
Written by Muhaimin Iqbal

FDIC Failure

Sudah sejak minggu lalu sampai hari ini terus terjadi perdebatan tingkat tinggi yang melibatkan para petinggi negeri ini, termasuk wakil presiden dan menkeu sampai-sampai rakyat seperti saya dibuat bingung karenanya. Perdebatan ini seputar dana talangan yang mencapai Rp 6.7 trilyun ke salah satu bank yang dinilai gagal. Perdebatan ini sejatinya membuka aib pemerintah sendiri karena menunjukkan betapa buruknya mereka berkomunikasi satu sama lain.

Terlepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar dalam berdebatan-perdebatan tersebut, yang sebenarnya harus ditinjau adalah apakah Lembaga Penjamin Simpanan – LPS dalam bentuknya sekarang adalah hal yang adil bagi rakyat negeri ini. LPS yang meniru mentah-mentah konsep Deposit Insurance di negara-negara lain khususnya Amerika, di negeri asalnya sendiri sebenarnya sudah banyak dikritik oleh orang-orang yang sangat memahami apa dan bagaimana Deposit Insurance ini.

Adalah Ron Paul Anggota Kongres AS dari Texas yang secara terang-terangan menentang konsep Deposit Insurancedi negaranya. Dalam dissenting views –nya Ron Paul mengungkapkan masalah-masalah yang timbul dari konsepDeposit Insurance ini antara lain sebagai berikut :

· Dalam Deposit Insurance, bank yang di kelola secara buruk mentransfer risikonya ke bank-bank yang dikelola secara baik – tidak fair bagi bank-bank yang baik.

· Adanya Deposit Insurance membuat masyarakat tidak hati-hati dalam memilih bank-bank mana yang dikelola secara bertanggung jawab dan mana yang tidak, karena toh semua dijamin.

· Ketika dana yang dikelola oleh Deposit Insurance (dari premi dlsb) tidak mencukupi untuk menalangi dana yang dibutuhkan oleh bank-bank yang gagal, pemerintah-lah yang akan turun tangan untuk menalanginya - yang berarti menggunakan uang pajak dari rakyat yang tidak tahu-menahu masalah perbankan sekalipun !.

Dalam konsep Deposit Insurance, memang ketika premi yang terkumpul tidak memadai untuk menalangi kegagalan suatu bank – akhirnya pemerintah-lah yang turun tangan menalanginya. Pertanyaannya adalah darimana dananya pemerintah ? ya darimana lagi kalau bukan dari uang rakyat dalam bentuk pajak, ataupun beban rakyat dalam bentuk inflasi ketika pemerintah ‘ mencetak uang’ dalam berbagai bentuknya.

Betapa tidak adilnya Deposit Insurance ini dapat kita bayangkan dalam ilustrasi berikut :

FDIC Failure

Embok-embok di pasar Bringharjo Jogjakarta nyaris kesejahteraannya tidak mengalami kemajuan selama berpuluh tahun. Ketika dunia perbankan tumbuh dengan gemerlapnya, si embok tetap tidak dapat mengakses dana perbankan tersebut karena dia tidak memiliki sesuatu yang katanya bankable. Kemakmurannya tidak tumbuh karena dia tidak memiliki akses kapital untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dunia perbankan komersial tidak menjadikan si embok target pasarnya, baik dalam hal penggalangan dana apalagi dalam hal kredit.

Ketika bank-bank gagal, dana LPS atau Deposit Insurancetidak lagi memadai untuk menalangi liability-nya yang menggunung (seperti yang dikawatirkan terjadi di AS saat ini); pemerintah turun tangan menyelamatkan bank-bank yang gagal tersebut. Ketika pemerintah turun tangan inilah si embok dan kita semua warga negari ini yang sejatinya nalangi kegagalan bank-bank tersebut, dengan uang pajak kita atau dengan harga barang-barang yang lebih tinggi karena daya beli uang kita menyusut (inflasi – karena pemerintah ‘mencetak uang’ untuk menalangi kegagalan bank-bank tsb.).

Besarkah peluang kegagalan Deposit Insurance ini sehingga rakyat bisa menjadi ultimate insurer (baca :korban) -nya ?; di negara yang menjadi contoh saja - AS dengan Federal Deposit Insurance Company (FDIC)-nya kegagalan ini ada di depan mata (lihat ilustrasi di samping), apalagi di negara-negara yang dalam hal pengelolaan risiko deposit ini masih sedang belajar.

Jadi ketika mereka para pengelola bank dan pihak-pihak yang menggunakan dana bank berpesta pora – kita warga negara kebanyakan tidak ikut kecipratan pestanya; namun ketika mereka gagal – kita semua – rakyat yang ketiban susahnya. Bagi sebagian kecil rakyat negeri ini yang berduit juga demikian, Apa enaknya dana Anda aman di bank, tetapi untuk ini sebenarnya rakyat yang tidak tahu-menahu yang 'mengamankan' uang Anda ?. Adilkah system semacam ini ? biarlah hati kecil kita yang tidak pernah berbohong untuk menjawabnya. Wa Allahu A’lam.





ROBERT KIYOSAKI: STIMULUS UNTUK KATAK PERCOBAAN
Written by Muhaimin Iqbal


Stimulus

Setiap kali saya mendengar politisi menyebut kata stimulus, ingatan saya langsung kembali ke waktu sekolah menengah – ketika saya menyentuhkan kawat yang dialiri listrik ke katak percobaan yang telah mati – hanya untuk membuatnya bergerak kembali. Sekarang Anda dan saya adalah katak percobaan yang telah mati tersebut, sebentar lagi katak-katak yang telah mati ini akan menjadi katak panggang…”. Robert Kiyosaki.

Di antara penulis barat yang buku dan tulisannya banyak saya baca adalah Robert Kiyosaki, menurut saya dia cukup objektif dalam mengungkap fakta-fakta yang terkait dengan ekonomi, keuangan dan investasi. Cukup untuk memberikan kita insight tentang dunia keuangan dan investasi ribawi yang dianggap lumrah di dunianya; bukan untuk kita tiru tetapi agar kita memiliki wawasan yang memadai tentang apa yang sedang terjadi di dunia dewasa ini.

Yang mengejutkan saya adalah tulisan dia yang dimuat di Yahoo Financials kemarin, di tengah euphoria para ekonom yang seolah menyambut berakhirnya krisis financial global – Robert malah mengingatkan masyarakat untuk siap-siap menghadapi yang terburuk. Berikut kutipan beberapa poin paparannya :

· Dia percaya bahwa stock market Amerika sebenarnya sedang dimanipulasi. Menurutnya manipulasi ini hasil kerjasama antara pemerintah, perbankan dan Wall Street untuk mencegah pasar crash. Dia mengakui tidak memiliki bukti untuk ini, namun dia mencium adanya banyak ‘tikus besar’ (rats) yang mengendalikan pasar keuangan dengan keserakahan, kepentingan pribadi, kesombongan dan ketakutan.

· Dalam pandangan Robert, krisis global ini disebabkan oleh Federal Reserve Bank, US Treasury, dan bank-bank sentral dunia. Mereka yang mendapatkan keuntungan dengan menciptakan krisis ini, dan keuntungan pula untuk memperbaikinya.

· Kata stimulus yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi krisis ini menurut Robert sama dengan kata stimulus pada pelajaran biologi di sekolah menengah – yaitu kata yang digunakan ketika mereka menyetrum katak percobaan yang sudah mati dengan kawat yang di aliri listrik – dengan harapan katak dapat bergerak lagi. Masyarakat mereka sekarang ini menurut Robert pula sudah seperti katak yang mati tersebut; setiap kali pemerintah menyebut kata stimulus – masyarakat seperti di setrum lagi dan lagi – sampai akhirnya katak yang sudah mati tersebut bener-bener menjadi katak panggang. Kadang obat malah lebih membahayakan dari penyakit itu sendiri, masyarakat ‘katak percobaan’ tidak mati oleh krisis tetapi oleh setrum stimulus.

Mengerikan memang gambaran yang disampaikan oleh seorang Robert Kiyosaki kali ini, mengingat dialah yang banyak menginspirasi dunia dengan Cash Flow Quadrant-nya. Buku dia pula yang ikut menginspirasi saya untuk pindah quadrant.

Namun sayang Robert kali ini tidak memberikan solusi, mungkin dia tahu solusinya tetapi hanya menyimpannya untuk dia sendiri – atau memang dia juga belum tahu solusinya untuk kita tidak menjadi bagian dari katak percobaan tersebut.

Yang jelas kata stimulus yang seolah dijadikan obat mujarab oleh pemerintah-pemerintah di dunia kali ini adalah membanjiri ekonomi dengan ‘mencetak’ uang dalam berbagai bentuk dengan sebutan-sebutan yang keren seperti Quantitative Easing dan sejenisnya. Padahal menurut Ibnu Taimiyyah setiap kali penguasa mencetak fulus melebihi kebutuhan transaksi, maka masyarakat-lah yang dikorbankan – atau dengan istilah Robert Kiyosaki menjadi katak percobaan tersebut.

Jadi agar kita tidak menjadi katak percobaan yang setiap saat dengan mudah di stimulus oleh penguasa; solusinya ya jangan terlalu banyak menaruh kekayaan kita dalam denominasi mata uang negara-negara yang gemar men-stimulus tersebut. Insyaallah kesejahteraan kita tidak akan mudah terganggu bila asset kita berupa benda riil yang bernilai instrinsik. Ini bisa berupa kebon, ternak, barang dagangan dan yang tentu juga yang mudah serta likuid adalah emas atau Dinar. Wa Allahu A’lam.


Senin, 31 Agustus 2009




BERMUAMALAH DENGAN TIMBANGAN YANG ADIL...
Written by Muhaimin Iqbal


Harga Sapi

"Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanahpun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari)

Hadits shahih tersebut diatas sangat bermanfaat untuk membuktikan kestabilan daya beli Dinar sepanjang masa. Memang ‘Urwah berhasil membeli kambing seharga setengah Dinar (satu Dinar mendapatkan 2 ekor kambing), tetapi ini dia peroleh karena saling ridho dalam berdagang – sehingga sampai di do’a kan secara khusus oleh Rasulullah SAW.

Dari sifat-sifat Rasulullah SAW kita tahu bahwa ketika beliau memberi 1 Dinar untuk membeli kambing; berarti uang 1 Dinar tersebut tidaklah berlebihan dan tidaklah kurang untuk 1 ekor kambing. Hal ini juga dibuktikan ketika ‘Urwah menjual kembali salah satu kambing yang dibelinya dengan harga ½ Dinar tersebut – dia juga menjualnya dengan harga 1 Dinar.

Berdasarkna hadits ini dan realita di pasar sekarang, bahwa dengan uang 1 Dinar sekarang kita-pun bisa membeli kambing 1 ekor dimana saja – maka secara ilmiah bisa dibuktikan bahwa Dinar emas adalah uang dengan rata-rata inflasi Nol persen sepanjang sejarah. Penjelasan lebih detil masalah ini ada di tulisan saya tanggal 21 November 2008 dengan judul Saatnya Membeli Kambing.

Timbangan Yang Adil

Sifat Dinar yang inflasi rata-ratanya Nol persen ini menjadikannya alat mumamalah yang adil sepanjang masa seperti yang diungkapkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya yang legendaries ‘Ihya Ulumuddin : bahwa hanya Emas (Dinar) dan Perak(Dirham)-lah yang bisa jadi hakim yang adil dalam bermuamalah.

Nah sekarang kita bisa manfaatkan ‘Timbangan yang Adil’ bernama Dinar tersebut untuk meng-estimasi harga wajar barang-barang yang kita perjual belikan pada jaman ini. Analoginya adalah kalau untuk membeli kambing, Dinar terbukti stabil pada kisaran harga 1 Dinar untuk 1 ekor kambing sepanjang 1400 tahun lebih – maka untuk membeli barang-barang lainpun Dinar insyaallah juga akan stabil.

Untuk contoh saya gunakan harga sapi Qurban. Pada tahun 2005 lalu, sapi Qur’ban terbaik di sekitar Jakarta dengan berat +/- 1 ton adalah Rp 19.9 juta. Berapa harga wajar sapi seukuran yang sama tersebut pada musim Qurban tahun ini ?.

Cara menghitungnya adalah kita konversikan Rp 19.9 juta (2005) menjadi Dinar pada tahun tersebut, yaitu menjadi 32 Dinar untuk sapi seberat 1 Ton atau per kg berat kotor sapi menjadi 0.032 Dinar.

Tahun ini bila kita membeli sapi dengan berat yang kurang lebih sama, maka harganya tetap 32 Dinar, namun karena saat ini 1 Dinar = Rp 1,321,000 – maka harga sapi dengan berat 1 ton menjadi Rp 42.3 juta.

Di pasar kita bisa peroleh sapi yang juga sudah besar dengan berat 500 kg; berapa kira-kira harganya ?. Kita tinggal gunakan 0.032 Dinar per kg berat kotor. Jadi untuk sapi seberat 500 kg – harganya menjadi 0.032 x 500 =16 Dinar atau dalam Rupiah sekarang menjadi Rp 21, 136,000,-

Dinar Average

Dengan cara yang sama kita dapat menghitung harga komoditi lainnya secara adil menggunakan Dinar ini. Untuk harga Dinarnya sendiri dapat digunakan perkiraan harga berdasarkan grafik diatas (yang belum ada coretannya); atau dapat juga menggunakan table disamping untuk harga Dinar 10 tahun terakhir.

Perlu diingat bahwa meskipun perkiraan harga dengan menggunakan Dinar ini dapat dipertanggung jawabkan ke akuratannya, namun pada saat yang bersamaan bisa saja kita membeli sapi misalnya dengan harga separuh dari hasil perkiraan ini – bila ada penjual yang memang rela menjualnya kepada kita dengan harga tersebut . Ini yang terjadi dengan ‘Urwah dalam hadits tersebut diatas.

Sebaliknya juga bisa terjadi, bila barang-barang menjadi langka – maka harga bisa naik melebihi harga wajar yang kita hitung menggunakan Dinar tersebut. Kenaikan harga yang semacam ini, bukan karena inflasi atau kedhaliman para penjual – tetapi karena mekanisme terbentuknya harga pasar yang disebut supply & demand yang bahkan Rasulullah SAW-pun tidak mau mencampurinya.

Telah meriwayatkan dari Anas RA., ia berkata :” Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami. Rasulullah SAW lalu menjawab, ‘Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi rizki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta’”.

Jadi kini kita bisa memperkirakan kewajaran harga-harga barang di sekitar kita dengan menggunakan Dinar ini, namun harga pasti saat transaksi tetap tergantung kesaling ridlo’an antara penjual dan pembeli. Insyaallah kita bisa bermuamalah dengan Adil. Amin.




KOMPOSISI INVESTASI: ASURANSI, DEPOSITO DAN DINAR...
Written by Muhaimin Iqbal


Komposisi Investasi

Sebenarnya saya enggan menulis perbandingan hasil investasi dari ketiga produk ini, yaitu asuransi, deposito dan Dinar emas karena takut oversell Dinar terhadap produk-produk lainnya. Namun karena baik asuransi maupun deposito adalah dari industri yang sudah matang dan sudah sangat baik penetrasinya di pasar, saya pikir tidak akan mengurangi pangsa pasar mereka sedikitpun bila sebagian kecil masyarakat – mulai melirik atau mengalihkan sebagian investasinya di Dinar.

Untuk membuat perbandingan yang adil, data saya ambilkan dari data riil yang benar-benar bisa masyarakat peroleh dan uji di pasar. Untuk contoh aplikasi asuransi saya ambilkan dari penawaran resmi cabang syariah dari perusahaan asuransi yang tergolong terbaik di dunia apalagi di Indonesia. Untuk produk deposito saya ambilkan dari simulasi salah satu Bank Syariah kenamaan di Indonesia dalam situs resminya. Untuk Dinar, harga disimulasikan menggunakan statistik harga selama 40 tahun dari Kitco.

Dari data-data tersebut, angka yang saya ambil sebagi pembanding adalah sebagai berikut :

Untuk asuransi dari tiga scenario hasil investasi 6%, 12% dan 18 % ; saya ambil yang tengah 12 %. Untuk deposito saya ambil bagi hasil bersih setelah pajak yang jatuh pada angka rata-rata 8%. Untuk Dinar saya ambil dari rata-rata appresiasi nilai emas per tahun dari statistik 40 tahun Kitco, yaitu pada angka 31%/tahun.

Kemudian dana yang diinvestasikan sama yaitu flat Rp 500,000 per bulan sampai 12 tahun yang akan datang. Setelah itu berhenti dan dibiarkan hasil investasinya terus tumbuh sampai 8 tahun kemudian – total periode 20 tahun. Pola investasi ini mengikuti pola pembayaran premi asuransi, yang lain (deposito & Dinar) dasamakan polanya agar bisa disandingkan apple to apple.

Hasil dari perbandingan ini saya sajikan dalam grafik logaritmik diatas, masing-masing dengan kekurangan / kelebihan sebagai berikut :

Asuransi

Untuk produk asuransi, di tahun-tahun awal total nilai investasi (pokok dan hasil investasi) masih sangat rendah, dugaan saya karena besarnya biaya akuisisi yang dibebankan ke premi yang kita bayarkan. Saya tahu biaya akuisisi asuransi ini bisa sangat tinggi di tahun-tahun awal bahkan melebihi 50% dari premi yang kita bayarkan.

Biaya akusisi ini selain dalam bentuk komisi keagenan; juga biaya –biaya lain untuk insentif para agen dan sales team lainnya. Tidak jarang kita baca pengumuman di media ; sekian ratus agen dari perusahaan asuransi x rame-rame tourke luar negeri misalnya. Bahkan konon dengan bangganya ada perusahaan asuransi yang sampai mencarter pesawat untuk meng-entertain para agen dan sales team-nya ini tour ke luar negeri.

Pertanyaannya adalah siapa yang membayar ?; itulah bagian dari premi yang kita bayarkan yang terkonsumsi untuk apa yang disebut biaya akuisisi.

Tidak heran bila dengan berinvestasi Rp 500,000 per bulan setelah 10 tahun pokok investasi kita seharusnya sudah mencapai Rp 60 juta; tetapi di penawaran asuransi yang ada di saya nilai investasi (pokok +hasil investasi) baru mencapai sekitar 58 juta. Kemana pokok investasi dan hasil investasi kita yang disimulasikan 12 % ?; ya kepotong biaya akusisi tersebut diatas.

Jadi kelemahan mendasar pada produk-produk investasi berbasis asuransi adalah biaya akuisisi ini; lain produk lain pula struktur biayanya. Oleh karenanya bila kita hendak membeli produk asuransi, tidak ada salahnya kita cecer agen untuk men-declare struktur biaya yang akan menjadi beban kita ini.

Namun keunggulan asuransi juga ada, yaitu kalau kita meninggal sewaktu-waktu – meskipun baru membayar premi sekali, kita dapat memperoleh santunan dari dana tolong-menolong atau di syariah disebut dana tabarru’.

Kalau saya sendiri, memilih asuransi yang khusus untuk cover risiko saja yang preminya jauh lebih murah. Nama produk ini macam-macam tergantung bagaimana perusahaan menamaknannya, namun secara umum nama generik produk semacam ini biasa disebut Term-Life.

Deposito

Deposito (yang syariah tentunya) adalah investasi yang simple dan straight forward; meskipun tingkat bagi hasil bersih rata-rata disimulasikan lebih rendah dari asuransi (hanya 8% dalam contoh perbandingan ini) , nilai investasi kita (pokok plus bagi hasil) sampai periode tertentu akan lebih besar dari nilai investasi kita di asuransi.

Dalam contoh diatas, setelah 10 tahun ketika nilai investasi asuransi baru mencapai sekitar Rp 58 juta; nilai deposito kita – dengan jumlah tambahan investasi yang sama Rp 500,000/bulan - sudah mencapai Rp 92 juta !.

Mengapa ada perbedaan hasil yang menyolok dengan asuransi ?, karena di bank tidak ada biaya akuisisi yang besar seperti biaya akuisisinya produk asuransi.

Namun deposito memang tidak diperuntukkan sebagi proteksi kalau terjadi sesuatu terhadap kita; untuk ini kita tetap perlu membeli produk asuransi – ya yang preminya murah dan untuk cover risiko saja – Term-Life tersebut diatas.

Dinar

Dinar adalah emas, oleh karenanya mengalami appresiasi sebagaimana halnya emas. Dalam 40 tahun terakhir emas mengalami appresiasi rata-rata 31 % per tahun. Jadi dengan dana yang sama Rp 500,000 yang kita belikan Dinar per bulan (karena pecahan, bisa pakai M-Dinar !) maka setelah 10 tahun nilai Dinar yang kita miliki menjadi sekitar Rp 269 juta !; jauh melebihi deposito apalagi dana asuransi.

Perbedaan ini menjadi sangat jauh lagi ketika kita lihat pada akhir periode investasi 20 tahun. Setelah 20 tahun, uang yang kita taruh di asuransi tersebut diatas menjadi Rp 162 juta ; yang kita taruh deposito menjadi Rp 224 juta dan yang kita jadikan Dinar menjadi Rp 4.1 milyar !.

Mengapa demikian menyolok perbedaannya ?. Bila deposito terkadang tumbuh dibawah inflasi (contoh tahun lalu, deposito 8 %, Inflasi 11 %); investasi asuransi tergerus biaya akuisisi ; Dinar selalu berada diatas inflasi dan tidak terkena biaya akuisisi yang besar. Inilah keunggulan investasi Dinar.

Kelemahannya bukannya tidak ada, ada juga – yaitu untuk jangka pendek bisa saja appresiasi ini bernilai negatif atau harga Dinar turun; seperti yang terjadi dalam enam bulan terakhir.

Jadi dari ketiga produk tersebut, saya sendiri menggunakan ketiganya (tidak persis sama dengan produk yang saya ulas tetapi sejenis) dengan komposisi sebagai berikut :

1). Untuk proteksi kalau terjadi sesuatu sama saya; saya membeli produk asuransi Term-Life dari perusahaan asuransi yang terkenal/ bonafit.

2). Untuk keperluan dana jangka pendek, kurang dari enam bulan – saya gunakan produk-produk perbankan seperti deposito dan tabungan dari bank-bank nasional terbaik.

3). Untuk investasi jangka panjang saya gunakan Dinar dan usaha-usaha sector riil yang produktif.

Untuk mendisiplinkan pola investasi saya sendiri, selain tiga hal yang saya lakukan tersebut, ada tiga hal pula yang tidak saya lakukan, yaitu :

1). Tidak menaruh dana investasi di asuransi (kecuali hanya premi untuk Term-Life saja).

2). Tidak menaruh dana investasi jangka panjang (lebih dari 6 bulan) di deposito, tabungan dan sejenisnya.

3). Tidak menaruh dana untuk kebutuhan jangka pendek (kurang dari 6 bulan) di Dinar.

Mudah-mudahan analisa saya ini analisa yang adil, tidak melebih-lebihkan yang satu terhadap yang adil dan dapat memberi manfaat atau guidance yang objektif bagi masyarakat awam kaya saya. Wa Allahu A’lam.


Minggu, 30 Agustus 2009


BILA BRIC MEMBUAT UANGNYA SENDIRI, BAGAIMANA DENGAN KITA...?
Written by Muhaimin Iqbal

 GDPs

BRIC adalah sebutan untuk empat negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia yaitu Brasil, Rusia, India dan China. Awal pekan ini para pemimpin negara mereka bertemu di Yekaterinburg, wilayah pegunungan Ural – Rusia.

Yang menarik sekali kita ikuti adalah agenda pertemuan mereka ini, yaitu membahas rencana penggantian mata uang US$ sebagai alat transaksi Global. Keempat negara tersebut juga bertekad untuk membentuk sistem finansial global baru, menggantikan sistem finansial yang selama ini dianut oleh seluruh negara-negara di dunia.

Entah kapan uang dan sistem finansial baru versi BRIC ini bisa terwujud, namun pertemuan para pemimpin negara-negara BRIC tersebut sudah selayaknya menjadi pelajaran bagi negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang juga sering disebut MDC (Muslim Dominated Countries) ini.

Pelajaran pertama adalah kenyataan bahwa mata uang US$ tidak akan selamanya bisa bertahan sebagai mata uang utama dunia, sehingga harus secara serius segera dipikirkan penggantinya – sampai melibatkan pertemuan tingkat tinggi antar pimpinan Negara. Bersamaan dengan penggantian mata uang ini, system finansial dunia yang selama ini IMF minded juga selayaknya diganti .

Pelajaran kedua adalah, kalau pemimpin-pemimpin dunia yang sama sekali tidak memiliki kesamaan ideologis satu sama lain saja bisa bertemu untuk mencari solusi bersama yang terkait dengan uang dan system finansial; sudah selayaknya pemimpin-pemimpin dunia Islam lebih potensi lagi untuk bertemu mengatasi masalah uang dan system finansial ini.

GDPs

Para pemimpin-pemimpin dunia Islam ini setidaknya memiliki kesamaan ideologis dan memiliki kesamaan tanggung jawab terhadap rakyatnya, yaitu membebaskan rakyatnya dari penindasan/penjajahan ekonomi yang antara lain termanifestasikan dalam bentuk penggunaan mata uang negara lain sebagai alat transaksi antar mereka.

Bagi dunia Islam pencarian mata uang pengganti US$ dan system keuangan ala IMF ini jauh lebih mudah ketimbang negara-negara di Eropa membentuk Euro atau negara-negara BRIC dalam melakukan pencarian mata uang barunya. Dunia Islam sudah memiliki Dinar yang telah dipakai lebih dari 1400 tahun, dan satu-satunya mata uang dunia yang bebas dari inflasi sepanjang sejarah.

Dari sisi ukuran-pun kalau negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim ini bergabung, skala ekonomi yang diukur dari total GDP-nya juga lumayan besar; lihat grafik-grafik diatas yang menujukkan total GDP dari MDC, untuk data tahun lalu memang baru sekitar separuh total GDP dari BRIC, dan seperempat total GDP dari EU; tetapi potensinya tidak kalah besar dengan Negara-negara di EU maupun BRIC karena kekayaan alam yang melimpah di MDC ini.

Kendalanya memang mungkin tidak mudah menyatukan visi 32 negara-negara MDC; tetapi lagi-lagi negara yang tidak memiliki kesamaan ideologis seperti 27 negara-negara yang tergabung dalam European Union (EU) saja bisa bersatu dalam masalah uang dan perdagangan; masa kita tidak dapat bersatu ?.

Well, kalau toh pemimpin-pemimpin dunia Islam ini belum memiliki visi untuk bersatu seperti yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin EU dan BRIC – tidak ada salahnya juga kita memulai sesuatu yang sudah bisa kita lakukan yang kelak insyallah bisa menjadi alat pemersatu umat – setidaknya dalam masalah uang dan system keuangan ini.

Inilah big picture dari sistem keuangan bebas Riba berbasis Dinar yang mulai kita rintis dalam beberapa tahun terakhir. Semoga Allah memudahkan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Archive