GRAFIK PERGERAKAN HARGA DINAR

Minggu, 30 Agustus 2009




MANA YANG LEBIH BISA DIPERCAYA: DATA INFLASI ATAU DATA HARGA EMAS...?
Written by Muhaimin Iqbal

Inflation vs. Gold Price

John Williams adalah seorang kakek dari lima cucu yang tinggal di Oakland, California. Kakek ini memiliki profesi yang aneh bagi sebagian orang – namun sangat diperlukan bagi sebagian yang lain. Dagangan si kakek adalah hal yang tidak biasa yaitu statistik – diluar statistik resmi yang di release oleh pemerintah. John Williams memang bukan sembarang kakek, dulunya ia adalah praktisi bisnis dan juga consultant di perusahaan-perusahaan raksasa dunia.

Anda bisa kunjungi situsnya di Shadow Government Statistic, bahkan kalau ingin lebih detil memperoleh data statistik si kakek – Anda dapat berlangganan dengan biaya US$ 175 / tahun – maka Anda sudah memiliki akses ke sumber statistik lain diluar statistik resmi pemerintah Amerika Serikat – sepanjang tahun.

Apakah data yang dikeluarkan oleh kakek Williams ini lebih akurat dibandingkan data resmi pemerintah ?, nampaknya sebagian orang berpendapat demikian – makanya kakek yang satu ini menjadi sangat terkenal sepanjang krisis satu setengah tahun terakhir. Para statistician pemerintah-pun pada kebakaran jenggot karena media masa nampaknya cenderung mempercayai teori konspirasi dalam bidang statistik yang dilontarkan kakek Williams. Teorinya demikian :

Awalnya para surveyor mengumpulkan data secara nasional, kemudian data ini diolah oleh para statistician – sampai disini masih ok. Namun sebelum di release untuk umum, para politisi menginginkan data yang keluar menunjukkan suatu kemajuan (yang sangat penting untuk citra mereka di masyarakat) , maka kalau-pun mereka tidak bisa mengubah fakta, maka target-nya mereka dapat ‘mengelola’ fakta . Inilah yang membuat seorang John Williams tidak pernah bisa percaya statistik resmi pemerintah.

Ketika data resmi pengangguran pemerintah saat ini masih berada dibawah 9 %; datanya John Williams menunjukkan angka ini sudah berada diatas 20%. Data inflasi resmi pemerintah yang saat ini berada pada angka – 1.43%, menurut John Williams data ini berada pada angka diatas 6%.

Sayangnya untuk kita di Indonesia, kita tidak memiliki orang seperti John Williams yang bisa menyajikan statistik alternatif diluar yang resmi keluaran pemerintah. Namun sebenarnya ada tolok ukur yang baku, yang bisa menimbang harga-harga secara adil dan akurat sepanjang masa di seluruh dunia – yaitu harga emas atau Dinar.

Teorinya sederhana saja yaitu kembali ke harga kambing yang stabil di kisaran 1 Dinar sepanjang masa (setidaknya sejak lebih dari 1400 tahun lalu); harga kambing bisa berfluktuasi (karena supply & demand) tetapi akan tetap dikisaran 1 Dinar. Bila harga kambing berfluktuasi di kisaran harga 1 Dinar sepanjang masa, maka demikian pula kurang lebih harga-harga kebutuhan pokok manusia yang bersifat renewable dan tidak mengalami kelangkaan (scarcity) . Ketika teori harga kambing dalam Dinar ini kita terapkan di angka inflasi Amerika misalnya, hasilnya lebih mendekati hitungan John Williams ketimbang statistik resmi pemerintah.

Untuk saat ini data inflasi pemerintah AS yang menunjukkan angka -1.43% diatas; dan datanya John William 6% ; data versi harga kambing/Dinar adalah 5.46% !. Jika koreksi angka inflasi ini kita terapkan dalam jangka panjang, maka akan semakin jelas versi harga kambing/Dinar-lah yang lebih akurat mencerminkan tingkat harga ini.

Seandainya Anda membeli barang X di Amerika tahun 71 seharga $ 100 , berdasarkan data resmi inflasi negeri itu saat ini (Agustus, 2009) harganya ‘hanya’ pada kisaran $ 520. Padahal kenyataanya tidak akan demikian, Anda baru dapat membeli barang yang sama di kisaran harga US$ 2,500. Inilah yang ditunjukkan oleh alat ukur atau timbangan harga yang adil yaitu Dinar seperti yang nampak dalam grafik diatas.

Dinar bukan hanya akurat untuk mengukur harga-harga, tetapi juga sangat akurat untuk mengukur tingkat kemiskinan misalnya. Nishab zakat yang 20 Dinar adalah contoh betapa langgengnya standar batas si kaya dan si miskin versi Islam ini, batas si kaya dan si miskin ini akan terus bergerak bila tolok ukurnya uang kertas atau tingkat inflasi.

Jadi sebenarnya kita memiliki alat ukur atau timbangan yang adil untuk memahami kondisi ekonomi kita secara lebih akurat dalam rentang waktu yang sangat panjang, hanya memang data yang akurat dan adil ini kadang terasa pahit. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Archive