GRAFIK PERGERAKAN HARGA DINAR

Kamis, 01 Oktober 2009

PDFPrintE-mail
MUSIBAH TERJADI LAGI: WAKTUNYA UNTUK BERISTIGHFAR DAN TERUS BERISTIGHFAR...
Written by Muhaimin Iqbal

Padang

Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari”. (QS 16 :26)

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. (QS 8 : 33)

Belum satu bulan negeri ini dikejutkan oleh gempa skala besar (7.3 skala Richter) di Tasikmalaya dan sekitarnya (02/09/09), kembali negeri ini diguncang oleh gempa yang tidak kalah dasyatnya ( 7.6 skala Richter) di Padang dan sekitarnya kemarin (30/09/09). Para ahli tentu dengan mudah bisa menjelaskan apa dan bagaimana gempa ini sehingga saya tidak perlu menguraikan tentang gempa ini sendiri.

Yang perlu kita renungkan secara sangat-sangat serius adalah mengapa sampai gempa dan berbagai musibah lain seolah tidak henti-hentinya menghujani negeri ini ?. Padahal tuntunan kita yang agung Al-Qur’an Al Karim telah memberikan formulanya untuk ini, baik mengenai penyebab maupun solusi untuk mengatasinya.

Beberapa jam setelah gempa semalam, saya ngobrol sampai larut dengan sahabat saya Dr. Adian Husaini dan beberapa teman lainnya membicarakan antara lain masalah gempa ini. Kesimpulan kita sederhana, kembali ke Al-Quran –lah jawabannya. Dua ayat tersebut diatas yang pertama menjelaskan mengapa gempa dan musibah lain menimpa kita; Ayat yang kedua menjelaskan bagaimana kita bisa menghindari musibah yang terus berulang ini.

Bila menurut Al-Qur’an gempa ditimpakan ke kaum yang melakukan makar kepada Allah, maka instrospeksinya adalah bangsa ini harus memahami ke-makaran apa yang telah dilakukan secara rame-rame ?. Makar artinya mengambil hak - makar kepada Allah artinya mengambil hak atau melawan Allah – berikut adalah contoh-contoh area yang perlu kita renungkan.

Allah melarang kita makan riba, bila kita terus melakukannya Allah dan RasulNya menyatakan perang kepada kita (QS 2 : 279). Porsi ekonomi syariah khususnya sektor keuangan di Indonesia masih sekitar 2.5%; lantas berarti ekonomi kita 97.5%-nya adalah Riba ?. Keimanan kita menyatakan bahwa kebenaran Al-Quran’an abadi, dan janji Allah pasti benarnya. Lantas bila kenyataannya dalam bidang finansial saja 97.5% kita memenuhi syarat untuk diperangi Allah dan RasulNya yang diancamkan dalam ayat tersebut, apakah Allah tidak akan melakukannya ?.

Belum lagi kalau kita masuk masalah-masalah hukum, kesusilaan, keadilan ekonomi, perlakuan terhadap orang miskin dan ekonomi lemah dlsb.dlsb.; maka kita akan dapati negeri ini penuh kemungkinan untuk mendapatkan azabnya.

Namun Allah juga Maha Pengasih, Maha Pengampun – kasih sayangNya jauh melebihi kemurkaanNya. Maka kita juga sangat besar kemungkinannya untuk tidak di azab bahkan juga diampuni, syaratnya kita mau mohon ampun atau beristigfar seperti yang di-resep-kan di ayat diatas.

Untuk bisa di-ampuni inipun Allah memberikan resep berikutnya dalam ayat berikut : “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya); sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 16 :119)

Mari kita bantu dengan sekuat tenaga saudara-saudara kita yang terkena musibah – yang bisa jadi timbul karena kesalahan kita semua, selanjutnya juga mari kita cegah timbulnya musibah-musibah lain dengan cara yang sudah ditunjukkanNya – yaitu banyak-banyak mohon ampun…Astagfirullah hal Adzim… Astagfirullah hal Adzim… Astagfirullah hal Adzim…


Senin, 28 September 2009

PDFPrintE-mail
APA YANG TERJADI DENGAN HARGA DINAR/EMAS...?
Written by Muhaimin Iqbal
Monday, 28 September 2009 08:43

Gold vs US$ Index

Hampir empat minggu sejak tulisan saya tentang pasar emas terakhir, saya pikir kini waktunya saya menulis kembali tentang perkembangan harga emas akhir-akhir ini. Agar agak panjang perspektif kita, saya akan tinjau sekilas harga emas dalam US$ dan harga Dinar dalam Rupiah dalam rentang waktu dua bulan sejak awal Agustus 2009.

Secara umum harga emas dalam US$, cenderung naik di bulan September seperti yang sudah diperkirakan dalam tulisan Musim Membeli Emas yang saya munculkan 31 Maret 2009 lalu.

Kompleks sekali memang penyebabnya, namun harga emas international dalam US$ tentu sangat terpengaruh oleh daya beli US$ itu sendiri. Ketika daya beli US$ menurun yang ditunjukkan oleh menurunnya US$ Index, maka harga emas dari kacamata US$ akan kelihatan naik. Perhatikan grafik disamping untuk ini, harga emas dalam US$ bergerak berlawanan arah dengan grafik US$ Index di latar belakang.

Akan halnya harga emas atau Dinar dalam Rupiah; selain faktor pergerakan harga emas international (dalam US$) ada satu faktor lagi yang ikut berperan – yaitu nilai tukar Rupiah itu sendiri. Bila nilai tukar Rupiah menguat, akan turun-lah harga emas/Dinar dalam Rupiah dan sebaliknya.

Beberapa pekan terakhir memang ada kecenderungan menguatnya nilai tukar Rupiah ini, sehingga efek kenaikan harga emas internasional terimbangi oleh penguatan Rupiah. Kalau dalam harga emas intenational (US$) emas naik sekitar 3% dalam dua bulan terakhir, dalam Rupiah emas/Dinar hanya naik sekitar 2 % pada periode yang sama. Hubungan antara harga emas, US$ dan Rupiah ini pernah saya munculkan dalam tulisan tanggal 23 November 2008 lalu.

Dinar vs Rupiah

Saya tentu berharap keperkasaan Rupiah ini bisa bertahan cukup lama, karena kalau Rupiah kembali melemah pada saat harga emas internasional cenderung tinggi seperti saat ini – harga Dinar akan menjadi mahal, hal ini bisa menghambat penyebar luasan Dinar di masyarakat.

Kalau tidak ada gejolak pelemahan Rupiah kembali - berdasarkan statistik yang saya sajikan di tulisan saya tanggal 3 Maret lalu - beberapa hari mendatang kita akan memasuki bulan Oktober yaitu bulan yang insyaallah baik untuk membeli emas/Dinar.

Namun saya juga terus mengingatkan bahwa investasi emas/Dinar tetap berpeluang rugi bila untuk orientasi jangka pendek (kurang dari enam bulan), semakin panjang rentang waktu investasi peluang rugi ini menjadi semakin kecil. Wa Allahu A’lam


Minggu, 27 September 2009





KETIKA ALLAH MENGIRIMKAN MALAIKATNYA UNTUK MENYELESAIKAN URUSAN KITA...
Written by Muhaimin Iqbal

Do'a

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". (QS 8:9)

Sebagai orang beriman kita semua yakin bahwa hidup mati kita, rizki kita, jodoh kita dan segala sesuatu yang terjadi ataupun yang tidak terjadi terhadap kita semua sudah tercatat disisinya sebelum Allah menciptakannya (QS 57:72); namun jarang kita merasakan kehadiranNya atau para malaikatNya ketika hal ini (suatu peristiwa) terjadi.

Dalam sejarah peperangan kaum muslimin dari sejak zaman nabi sampai yang terakhir terjadi di Gaza beberapa bulan lalu; banyak kita baca bahwa para mujahidin tersebut begitu nyatanya merasakan kehadiran Allah dan para malaikatNya membantu mereka memenangkan peperangan. Hal ini pun sebagian diceritakan langsung d Al-Qur'an seperti dalam surat Al Anfal : 9 tersebut diatas.

Selama krisis Gaza banyak pula diceritakan betapa para mujahidin Palestina merasakan langsung kehadiran Allah dan para malaikatNya membantu mereka memenangkan peperangan; diantaranya adalah cerita berlariannya tentara Yahudi karena mendengar gemuruh pasukan berkuda (padahal zaman sekarang tidak ada pasukan berkuda); ditundukkannya anjing-anjing pelacak Yahudi hanya dengan 'diajak omong' oleh pasukan Islam yang lagi menjulurkan kepalanya di permukaan tanah (badannya bersembunyi dalam tanah); lolosnya pengiriman senjata ke garis depan peperangan karena penjaga perbatasan diajak ngomong oleh seorang 'nenek' dlsb-dlsb.

Di saat kita tidak berharap ke sesuatu selain hanya kepadaNya, kehadiran Allah dan malaikat-malaikat yang dikirimkanNya ternyata juga dapat dirasakan oleh orang-orang awam seperti kita.

Semalam hal inipun dirasakan oleh keluarga besar GeraiDinar; ketika salah satu programmer yang membuat program grafik harga Dinar yang jadi rujukan andalan di Geraidinar.Com memerlukan 4 kantong donor darah A+ untuk persiapan operasinya. Di seluruh kantor PMI dan bank-bank darah di Jakarta habis persediaan darah di musim lebaran ini karena sepanjang Ramadhan sangat sedikit orang yang mendonorkan darahnya. Sampai menjelang tengah malam di kantor PMI Kramat kami tidak peroleh darah yang dibutuhkan satu kantong-pun, sehingga kami dengan lunglai memutuskan untuk pulang dengan harapan akan berusaha mencari kembali besuk pagi.

Sebelum sampai mobil, salah satu dari kami mendapatkan telepon bahwa "tetangga dari teman dari ponakan" bersedia menyumbangkan darah A+ malam itu juga. 'Malaikat' ini akan segera berangkat dari rumahnya diujung selatan Jakarta tengah malam itu juga, mengemudikan mobil sendiri untuk secepatnya sampat Kramat untuk mendonorkan darahnya kepada orang yang sebenarnya nggak ada hubungan sama sekali – recipient-nya hanya "om dari temen dari tetangganya".

Coba kita bayangkan pada diri kita, kebanyakan dari diri kita. Bersedia kah kita tengah malam dibangunin tetangga, untuk kemudian saat itu juga harus berangkat nyetir mobil sendiri dari pinggiran kota ke pusat kota untuk menyumbangkan darah kepada orang yang bahkan tidak kita kenal sama sekali ?. Kemungkinan besarnya kita tidak akan tergerak untuk melakukan hal ini; tetapi nyatanya ada orang-orang yang bisa melakukan hal ini - siapakah mereka ini ?; hanya Allah-lah yang bisa menggerakkan hati orang-orang semacam ini.

Orang-orang semacam ini adalah 'malaikat' dalam wujud manusia yang digerakkan oleh Allah untuk menolong menyelesaikan masalah kita. Bahkan kalau kita hayati dan rasakan, kita bisa selalu merasakan kehadiranNya pada saat kita membutuhkan. KehadiranNya ini juga bisa kita rasakan ketika Dia mengirim orang-orang yang jujur menjadi mitra bisnis kita, orang-orang yang sabar menjadi klien kita, orang-orang yang berilmu dan ikhlas menjadi guru-guru kita, teman-teman yang hanya mencintai kita karena Allah dlsb. dlsb.

Dr. Yusuf Qaradhawi mensarikan cara memperoleh pertolongan Allah pada saat kita membutuhkan dalam beberapa butir berikut:

· Pertolongan Allah hanya diberikan kepada pelaku yang benar-benar turun di lapangan untuk berjuang. (QS 8 :9)

· Pertolongan Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang menolong agamaNya. (QS 47:7)

· Hamba yang ikhlas dan memurnikan ibadah kepadaNya (QS 10:22)

· Hamba yang mensucikan diri dari mengkonsumsi segala hal yang diharamkanNya. (Hadits)

· Hamba yang menderita. (QS 21 : 87-88)

· Hamba yang terus berdo’a karena tidak tahu kapan do’anya akan dikabulkan – tidak tergesa-gesa. (Hadits).

Pekerjaan membangun ekonomi yang berkeadilan dan bebas riba di tengah arus kapitalisme global nan ribawi sungguh merupakan pekerjaan yang sangat besar, yang hanya bisa diselesaikan dengan kekuatan yang sangat besar - yang jelas diluar kemampuan kita manusia yang lemah ini. Namun karena yang akan menolong kita adalah Allah yang Maha Besar, maka insyallah tidak akan ada hal yang merintangi upaya kita untuk memujudkan berlakunya aturan syariah di bumi ini. Syaratnya ya itu tadi, kita harus berjuang untuk bisa menghadirkan pertolongan Allah dengan terjun langsung ke lapangan perjuangan (tidak cukup berwacana, berseminar dan berdebat), menolong agama Allah, ikhlas, mensucikan diri, bersedia menderita dan terus tidak berhenti berdo’a.

Semoga kekurangan kekurangan atas apa yang kita lakukan, Dia pula yang menyempurnakan karena Dia-lah yang Maha Sempurna…Amin.




BILA LEBAH TIDAK MENGHASILKAN CUKUP MADU...
Written by Muhaimin Iqbal

Lebah

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia".

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS 16 : 68-69)

Alhamdulillah hari ini saya bisa mulai menulis lagi setelah sekitar dua minggu absen tidak menulis karena perjalanan i’tikaf. Dalam kesempatan menjalani ritual i’tikaf , makan-minum, tidur dan tentu beribadah di Masjidil Haram sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang baru lalu – banyak sekali kesempatan bisa saya pakai untuk membaca, merenungkan dan men –tadaburi- ayat-ayat Al-qur’an. Dari sumber segala ilmu inilah insyaallah saya akan siap menulis kembali untuk setahun kedepan, sampai tibanya waktu i’tikaf kembali…insyaallah.

Pertama saya akan menulis tentang dua ayat di surat An Nahl tersebut diatas. Dalam dua ayat ini sungguh terdapat pelajaran yang luar biasa sehingga Allah sendiri yang memerintahkan kita untuk memikirkannya.

Di ayat pertama lebah diperintahkan untuk membuat sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Ini mengisyaratkan bagi kita bahwa dari sisi lebahnya – perintah untuk bekerjasama dengan manusia ini sudah diberikan langsung oleh Allah kepadanya (lebah), tinggal bagaimana kita manusia menangkap peluang ini untuk menghasilkan sesuatu yang sangat berguna bagi kita.

Di ayat kedua, Allah ‘menitipkan’ pabrik obat bagi kesehatan kita di perut-perut lebah tersebut. Madu yang dihasilkan dari perut-perut lebah tersebut sejatinya juga diperlukan oleh masyarakat lebah sendiri sebagai sumber makanan mereka, namun mereka memproduksinya dengan sangat berlebih – jauh lebih banyak dari yang mereka butuhkan sendiri; kelebihan produksi inilah yang kemudian menjadi madu yang sangat banyak kasiyatnya bagi kesehatan kita semua bangsa manusia.

Kemampuan berproduksi lebih dari yang dibutuhkan masyarakat lebah inilah yang saya ingin tekankan sebagai pelajaran dalam tulisan ini. Bayangkan kalau lebah tidak memproduksi madunya secara lebih, dari mana bangsa manusia mendapatkan madu ?. Lebih lanjut bila mereka berproduksi kurang dari kebutuhan, bisa jadi masyarakat lebah akan saling berperang satu sama lain untuk memperebutkan madu. Atau satu masyarakat lebah demi untuk memenuhi kebutuhannya rela mengeksploitasi masyarakat lebah yang lain. Tetapi ini tidak terjadi di masyarakat lebah.

Mengapa sampai Allah memerintahkan kita untuk belajar dari lebah ini , sangat bisa jadi salah satunya adalah agar kita belajar ‘berproduksi lebih’ seperti yang dilakukan oleh masyarakat lebah ini. Bayangkan, lebah yang tidak memiliki otak yang sempurna seperti manusia saja – mereka bisa berproduksi lebih. Masya’ manusia yang diberi otak sehingga berilmu tinggi, mampu menciptakan berbagai teknologi tidak bisa berproduksi cukup untuk kebutuhannya sendiri ?.

Lihat-lah bangsa kita sebagai contohnya; kita masih harus mengimpor bahan-bahan makanan kita berupa 4.66 juta ton gandum senilai Rp 22.5 trilyun; 3.45 juta ton kedelai senilai Rp 5.95 trilyun ; 0.2 juta ton susu senilai Rp 7.55 trilyun ; daging sapi senilai Rp 4.8 trilyun; buah senilai Rp 3.38 trilyun dan bahkan juga impor garam senilai 0.9 trilyun.

Lihat apa yang kita import tersebut, semua sesungguhnya kita memiliki sumber dayanya untuk berproduksi secara cukup. Gandum mungkin memang tidak terlalu pas diproduksi ditanah-tanah kita, namun gandum kan dahulunya memang bukan makanan pokok kita ?, mengapa ujug-ujug jadi bahan makanan pokok yang harus kita impor ?.

Waktu kecil ibu saya di desa bisa membuat kue-kue dan segala macam makanan dari tepung yang sangat enak yaitu tepung yang dihasilkan dari umbi tanaman garut ( di daerah lain disebut arerut), yang dengan mudah dapat ditanam di kebon-kebon kita sendiri dan diolah secara tradisionil juga oleh kita sendiri. Mie sebagai menu makanan utama (bukan sebagai lauk !) baru kita kenal dua sampai tiga dasawarsa terakhir; lantas mengapa gandum (bahan dasar mie) tiba-tiba menjadi bahan pangan yang terbesar yang harus kita impor dari negara lain ?. Bukankah ini bentuk eksploitasi bangsa lain terhadap bangsa kita. Sampai-sampai mereka bisa mengubah menu utama di makanan kita ?.

Banyak hal yang salah di negeri ini sehingga kita tidak harus mengandalkan pemerintah untuk mengatasinya; sebagai warga negara kita bisa mulai dari diri kita memecahkan masyalah-masyalah yang kecil di lingkungan kita sehingga kita bisa ‘berproduksi lebih’ – mengikuti contoh lebah yang kita diminta untuk memikirkannya di ayat tersebut diatas.

Dari upaya untuk ‘memproduksi lebih’ inilah ide memproduktifkan lahan seperti yang sudah mulai saya tulis tahun lalu akan kita upayakan segera bisa dimulai; namun sebelum benar-benar kita mulai – ada masalah yang masih harus kita atasi lebih dahulu yaitu aspek pemasaran hasil-hasil pertanian yang juga masih sangat timpang di negeri ini.

Contohnya adalah ketika kita harus impor susu senilai Rp 7.5 trilyun lebih; kita masih membaca adanya peternak susu kita yang sampai membuang susunya kejalanan karena tidak bisa memasarkan hasil produksinya dengan harga yang wajar. Ketika anak-anak kita harus mengkonsumsi saus tomat yang konon bahannya ternyata bukan tomat (bisa ketela dlsb); sebagian petani-petani kita masih harus memilih tomat-tomatnya membusuk tidak di panen – karena kalau di panen harganya anjlog tidak mengejar ongkos produksinya.

Ini adalah sebagian saja dari contoh-contoh masalah produksi dan juga distribusi yang nampaknya kita memang harus belajar dari lebah. Di masyarakat lebah memang ada anggota masyarakatnya yang tidak berproduksi, yaitu lebah-lebah jantan yang tugasnya hanya satu sepanjang hidupnya – yaitu mengawini ratu lebah.

Jumlah lebah jantan ini hanya sekitar 15% saja dari lebah yang ada di koloni, tetapi bisa berarti ribuan lebah. Pada hari H – yaitu harinya ratu lebah muda siap kawin; ratu lebah yang sangat perkasa dibandingkan dengan lebah jantan sekalipun – terbang sekuat tenaga dan setinggi mungkin kelangit diikuti oleh ribuan lebah jantan yang mengejarnya.

Dari ribuan lebah jantan ini, hanya satu yang bisa mengejar ratu lebah dan mengawininya di udara. Karena keperkasaan sang ratu; lebah jantan yang sukses ini – akan mengalami nasib yang tragis yaitu mati dengan badan remuk berkeping-keping setelah mengawini sang ratu.

Akan halnya ribuan lebah jantan yang gagal mengawini ratu; dia menjadi lebah yang tidak berguna. Ketika mereka balik ke sarangpun akan ditolak oleh para lebah penjaga di gerbang sarang, keberadaan mereka sudah tidak dibutuhkan lagi. Ribuan lebah jantan ini akhirnya mati ngenes di pohon-pohon di luar sarang.

Akan halnya 85 % masyarakat lebah sisanya – yang terbesarnya adalah masyarakat lebah pekerja, mereka hidup tentram damai bersama ratu mereka. Mereka berproduksi lebih, sehingga bukan hanya memakmurkan sarang mereka – tetapi juga berproduksi lebih untuk bangsa manusia.

Jadi apa yang harus kita lakukan untuk memproduksi lebih ?, memperbanyak ‘lebah pekerja’ ini – bekerja dalam arti benar-benar berproduksi – bukan hanya sekedar bekerja dengan datang ke kantor dari pagi, menunggu waktu pulang sore hari – tetapi tidak menghasilkan apa-apa – yang terakhir ini lebih mirip lebah jantan yang gagal mengawini ratu dan bukan lebah pekerja.

Program Pesantren Wirausaha kami yang kelas perdananya akan kita mulai tanggal 10 Oktober 2009 bulan depan, insyallah ingin menghasilkan sebanyak mungkin ‘lebah-lebah pekerja’ yang akan menghasilkan ‘produksi lebih’ tersebut diatas. Insyaallah.